pengaruhdari luar. Tak pelak, Chairil Anwar pun tumbuh sangat cepat dan raganya layu dengan begitu cepat pula. Pemikiran ketuhanan Chairil Anwar tergolong ke dalam corak teologi puisi yang tidak menggunakan eskatologi agama sebagai sumber penjelasannya, melainkan melalui pembebasan diri serta melakukan praksisi iman di luar otoritas agama.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Karya sastra adalah bentuk ekspresi artistik yang mengandung keindahan dan didasarkan pada ekspresi pribadi individu, baik dalam bentuk perasaan, pikiran, pengalaman hidup, dan imajinasi. Karya ini dapat diserahkan secara lisan atau tertulis dengan tujuan disukai oleh publik karena memiliki nilai estetika dan tujuan satu bentuk karya sastra yang diinginkan oleh publik pada umumnya adalah puisi. Puisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI adalah jenis sastra yang menggunakan bahasa yang terikat oleh ritme, mantra, rima, serta pengaturan baris dan stanza. Puisi juga dapat mengekspresikan ekspresi yang berasal dari jiwa seseorang, karena ia menggambarkan pikiran-pikiran dalam penyair yang diungkapkan melalui bahasa dengan memperhatikan keindahan kata-kata. Resta, 202268. Salah satu penulis yang karya-karyanya masih populer saat ini adalah Chairil Anwar. Pria muda yang lahir pada tanggal 26 Juli 1922 di Medan, diberi nama “Si Binatang Jalang” yang diambil dari puisi yang sangat populernya berjudul “Aku”. Kemunculan Chairil Anwar di dunia sastra pada generasi ke-45 membawa gelombang warna baru ke dalam puisi Indonesia. Tidak seperti puisi sebelumnya yang cenderung membosankan, puisi Chairil hidup, penuh antusiasme dengan ekspresi segar, baru dan berani mereka. Gaya bahasa yang dia ciptakan penuh emosi, ekspresif, langsung, tetapi masih indah. Karya-karya besar yang telah dibuat oleh Chairil Anwar patut dihargai. Pada kesempatan ini, penulis akan menghargai puisi Chairil Anwar berjudul Sendiri menggunakan pendekatan mimetik. Pendekatan mimetik adalah pendekatan untuk studi sastra yang berfokus pada studi hubungan antara karya sastra dan realitas di luar karya-karya sastra. Abrams 1981 menambahkan pendekatan yang melihat karya sastra sebagai imitasi dan tambah sepi, tambah hampa Malam apa lagi Ia memekik ngeri Dicekik kesunyian kamarnya 1 2 3 4 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
MaknaDibalik Puisi `Doa` Karya Chairil Anwar. Chairil Anwar lahir dan dibesarkan di Kota Medan, Sumatera Utara, sebelum pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) dengan ibunya pada tahun 1940, dimana dia mulai menggeluti dunia sastra. Puisinya menyangkut berbagai tema, mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme, eksistensialisme, hingga AKU Kalau sampai waktuku 'Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Chairil Anwar Maret 1943 A. MAKNA PUISI AKU’ Dengan membaca dan memahami makna puisi Aku karya Chairil Anwar, ada banyak hal yang bisa dipelajari. Khususnya, bagi generasi yang hidup di era kemerdekaan. Karena, pada generasi ini, tentu tidak pernah hidup dan mengalami secara nyata apa yang terjadi di era awal kemerdekaan Indonesia. Beberapa makna puisi Aku, di antaranya adalah Wujud kesetiaan dan keteguhan hati atas pilihan kebenaran yang diyakininya. Hal ini tercermin melalui dua kalimat di awal puisi tersebut, yakni “Kalau sampai waktuku 'Ku mau tak seorang kan merayu” Keberanian dalam berjuang meskipun banyak resiko yang akan dihadapi. Termasuk resiko untuk kehilangan nyawa atau terluka karena senjata musuh. Inilah yang digelorakan oleh Chairil Anwar, yang tersurat pada bait ketiga puisi tersebut. Semangat yang tak pernah padam. Sebagaimana yang dinyatakan melalui kalimat “aku mau hidup seribu tahun lagi”. Hal tersebut adalah cermin dan betapa semangat Chairil Anwar untuk berjuang, tidak ingin dibatasi oleh waktu B. UNSUR INTRINSIK PUISI AKU’ Tema Tema pada puisi “Aku” karya Chairil Anwar adalah menggambarkan kegigihan dan semangat perjuangan untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan, dan semangat hidup seseorang yang ingin selalu memperjuangkan haknya tanpa merugikan orang lain, walaupun banyak rintangan yang ia hadapi. Dari judulnya sudah terlihat bahwa puisi ini menceritakan kisah AKU’ yang mencari tujuan hidup. Pemilihan Kata Diksi Untuk ketepatan pemilihan kata sering kali penyair menggantikan kata yang dipergunakan berkali-kali yang dirasa belum tepat, diubah kata-katanya. Seperti pada baris kedua bait pertama “Ku mau tak seorang ’kan merayu” merupakan pengganti dari kata “ku tahu”. “Kalau sampai waktuku” dapat berarti “kalau aku mati”, “tak perlu sedu sedan“dapat berarti “berarti tak ada gunannya kesedihan itu”. “Tidak juga kau” dapat berarti “tidak juga engkau anaku, istriku, atau kekasihku”. Rasa Rasa adalah sikap penyeir terhadap pokok permasalahan yang terdapat pada puisi “Aku” karya Chairil Awar merupakan eskpresi jiwa penyair yang menginginkan kebebasan dari semua ikatan. Di sana penyair tidak mau meniru atau menyatakan kenyataan alam, tetapi mengungkapkan sikap jiwanya yang ingin berkreasi. Sikap jiwa “jika sampai waktunya”, ia tidak mau terikat oleh siapa saja, apapun yang terjadi, ia ingin bebas sebebas-bebasnya sebagai “aku”. Bahkan jika ia terluka, akan di bawa lari sehingga perih lukanya itu hilang. Ia memandang bahwa dengan luka itu, ia akan lebih jalang, lebih dinamis, lebih vital, lebih bergairah hidup. Sebab itu ia malahan ingin hidup seribu tahun lagi. Uraian di atas merupakan yang dikemukakan dalam puisi ini semuanya adalah sikap chairil yang lahir dari ekspresi jiwa penyair. Nada dan Suasana a. Nada Dalam puisi tersebut penulis menggambarkan nada-nada yang berwibawa, tegas, lugas dan jelas dalam penyampaian puisi ini, karena banyak bait-bait puisi tersebut menggandung kata perjuangan. Dan menggunanakan nada yang syahdu di bait yang terkesan sedikit sedih. b. Suasana Suasana yang terdapat dalam puisi tersebut adalah suasana yang penuh perjuangan, optimis dan kekuatan emosi yang cukup tinggi tetapi ada beberapa suasana yang berubah menjadi sedih karena dalam puisi tersebut menceritakan ada beberapa orang yang tak mengaangap perjuangannya si tokoh. Majas Dalam puisi tersebut menggunakan majas hiperbola pada kalimat “Aku tetap meradang menerjang”. Terdapat juga majas metafora pada kalimat “Aku ini binatang jalang”. Pencitraan/pengimajian Di dalam sajak ini terdapat beberapa pengimajian, diantaranya Ku mau tak seorang ’kan merayu Imaji Pendengaran, Tak perlu sedu sedan itu’ Imaji Pendengaran, Biar peluru menembus kulitku’ Imaji Rasa, Hingga hilang pedih perih’ Imaji Rasa. Amanat Amanat adalah hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat berhubungan dengan makna karya sastra. Makna bersifat kias, subjektif, dan umum. Makna berhubungan dengan individu, konsep seseorang dan situasi tempatpenyair mengimajinasikan dalam Puisi Aku’ karya Chairil Anwar yang dapat saya simpulkan dan dapat kita rumuskan adalah sebagai berikut Manusia harus tegar, kokoh, terus berjuang, pantang mundur meskipun rintangan menghadang. Manusia harus berani mengakui keburukan dirinya, tidak hanya menonjolkan kelebihannya saja. Manusia harus mempunyai semangat untuk maju dalam berkarya agar pikiran dan semangatnya itu dapat hidup selama-lamanya. C. UNSUR EKSTRINSIK Biografi Pengarang Chairil Anwar di Medan, 22 Juli 1922. Mulai muncul di dunia kesenian pada zaman Jepang. Dilihat dari esai-esai dan sajak-sajaknya terlihat bahwa ia seorang yang individualis yang bebas dan berani dalam menentang lembaga sensor jepang. Chairil pun seorang yang mencintai tanah air dan bangsanya, hal ini tampak pada sajak-sajaknya Diponegoro, Karawang-Bekasi, Persetujuan dengan Bung Karno, dll. Hubungan Karya Sastra Dengan kondisi sosial masyarakat Pada Saat Karya Sastra Lahir Sajak AKU ini, banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial masyarakat pada zaman itu. Bahkan sebagai akibat dari lahirnya sajak AKU ini, Chairil Anwar ditangkap dan dipenjara oleh Kompetai Jepang. Hal ini karena sajaknya terkesan membangkang terhadap pemerintahan Jepang. Sajak AKU ini ditulis pada tahun 1943, di saat jaman pendudukan Jepang. Kondisi masyarakat pada waktu itu sangat miskin dan menderita. Bangsa Indonesia berada di bawah kekuasaan Jepang, tanpa mampu berbuat banyak untuk kemerdekannya. Kerja paksa marak terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Bangsa Indonesia menjadi budak di negaranya sendiri. Chairil Anwar mulai banyak dikenal oleh masyarakat dari puisinya yang paling terkenal berjudul Semangat yang kemudian berubah judul menjadi Aku. Puisi yang ia tulis pada bulan Maret tahun 1943 ini banyak menyita perhatian masyarakat dalam dunia sastra. Dengan bahasa yang lugas, Chairil berani memunculkan suatu karya yang belum pernah ada sebelumnya. Pada saat itu, puisi tersebut mendapat banyak kecaman dari publik karena dianggap tidak sesuai sebagaimana puisi-puisi lain pada zaman itu Puisi yang sebelumnya berjudul Semangat ini terdapat dua versi yang berbeda. Terdapat sedikit perubahan lirik pada puisi tersebut. Kata ku mau’ berubah menjadi kutahu’. Pada kata hingga hilang pedih peri’, menjadi hingga hilang pedih dan peri’. Kedua versi tersebut terdapat pada kumpulan sajak Chairil yang berbeda, yaitu versi Deru Campur Debu, dan Kerikil Tajam. Keduanya adalah nama kumpulan Chairil sendiri, dibuat pada bulan dan tahun yang sama. Mungkin Chairil perlu uang, maka sajaknya itu dimuat dua kali, agar dapat dua honor Aidit1999. Penjelajahan Chairil Anwar berpusar pada pencariannya akan corak bahasa ucap yang baru, yang lebih berbunyi’ daripada corak bahasa ucap Pujangga Baru. Chairil Anwar pernah menuliskan betapa ia betul-betul menghargai salah seorang penyair Pujangga Baru, Amir Hamzah, yang telah mampu mendobrak bahasa ucap penyair-penyair sebelumnya. Idiom binatang jalang’ yang digunakan dalam sajak tersebut pun sungguh suatu pendobrakan akan tradisi bahasa ucap Pujangga Baru yang masih cenderung mendayu-dayu. Secara makna, puisi Aku tidak menggunakan kata-kata yang terlalu sulit untuk dimaknai, bukan berarti dengan kata-kata tersebut lantas menurunkan kualitas dari puisi ini. Sesuai dengan judul sebelumnya, puisi tersebut menggambarkan tentang semangat dan tak mau mengalah, seperti Chairil sendiri. 1. Pada lirik pertama, chairil berbicara masalah waktu seperti pada kutipan 1. Kalau sampai waktuku Waktu yang dimaksud dalam kutipan 1 adalah sampaian dari waktu atau sebuah tujuan yang dibatasi oleh waktu. Chairil adalah penyair yang sedang dalam pencarian bahasa ucap yang mampu memenuhi luapan ekspresinya sesuai dengan yang diinginkannya, tanpa harus memperdulikan bahasa ucap dari penyair lain saat itu. Chairil juga memberikan awalan kata kalau’ yang berarti sebuah pengandaian. Jadi, Charil berandai-andai tentang suatu masa saat ia sampai pada apa yang ia cari selama ini, yaitu penemuan bahasa ucap yang berbeda dengan ditandai keluarnya puisi tersebut. Ku mau tak seorang kan merayu Pada kutipan 2 inilah watak Charil sangat tampak mewarnai sajaknya. Ia tahu bahwa dengan menuliskan puisi Aku ini akan memunculkan banyak protes dari berbagai kalangan, terutama dari kalangan penyair. Memang dasar sifat Chairil, ia tak menanggapi pembicaraan orang tentang karyanya ini, karena memang inilah yang dicarinya selama ini. Bahkan ketidakpeduliannya itu lebih dipertegas pada lirik selanjutnya pada kutipan 3. Tidak juga kau Kau yang dimaksud dalam kutipan 3 adalah pembaca atau penyimak dari puisi ini. Ini menunjukkan betapa tidak pedulinya Chairil dengan semua orang yang pernah mendengar atau pun membaca puisi tersebut, entah itu baik, atau pun buruk. Berbicara tentang baik dan buruk, bait selanjutnya akan berbicara tentang nilai baik atau buruk dan masih tentang ketidakpedulian Chairil atas keduanya. Tidak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Zaini, salah seorang Sahabat Chairil pernah bercerita, bahwa ia pernah mencuri baju Chairil dan menjualnnya. Ketika Chairil mengetahui perbuatan sahabatnya itu, Chairil hanya berkata, “Mengapa aku begitu bodoh sampai bisa tertipu oleh kau”. Ini menunjukkan suatu sikap hidup Chairil yang tidak mempersoalkan baik-buruknya suatu perbuatan, baik itu dari segi ketetetapan masyarakat, maupun agama. Menurut Chairil, yang perlu diperhatikan justru lemah atau kuatnya orang. Dalam kutipan 4, ia menggunakan kata binatang jalang’, karena ia ingin menggambar seolah seperti binatang yang hidup dengan bebas, sekenaknya sendiri, tanpa sedikitpun ada yang mengatur. Lebih tepatnya adalah binatang liar. Karena itulah ia dari kumpulannya terbuang’. Dalam suatu kelompok pasti ada sebuah ikatan, ia dari kumpulannya terbuang’ karena tidak ingin mengikut ikatan dan aturan dalam kumpulannya. Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Peluru tak akan pernah lepas dari pelatuknya, yaitu pistol. Sebuah pistol seringkali digunakan untuk melukai sesuatu. Pada kutipan 5, bait tersebut tergambar bahwa Chairil sedang diserang’ dengan adanya peluru menembus kulit’, tetapi ia tidak mempedulikan peluru yang merobek kulitnya itu, ia berkata “Biar”. Meskipun dalam keadan diserang dan terluka, Chairil masih memberontak, ia tetap meradang menerjang’ seperti binatang liar yang sedang diburu. Selain itu, lirik ini juga menunjukkan sikap Chairil yang tak mau mengalah. Semua cacian dan berbagai pembicaraan tentang baik atau buruk yang tidak ia pedulikan dari sajak tersebut juga akan hilang, seperti yang ia tuliskan pada lirik selanjutnya. Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Inilah yang menegaskan watak dari penyair atau pun dari puisi ini, suatu ketidakpedulian. Pada kutipan 6, bait ini seolah menjadi penutup dari puisi tersebut. Sebagaimana sebuah karya tulis, penutup terdiri atas kesimpulan dan harapan. Kesimpulannya adalah Dan aku akan lebih tidak perduli’, ia tetap tidak mau peduli. Chairil berharap bahwa ia masih hidup seribu tahun lagi agar ia tetap bisa mencari-cari apa yang diinginkannya. Disamping Chairil ingin menunjukkan ketidakpeduliannya kepada pembaca, dalam puisi ini juga terdapat pesan lain dari Chairil, bahwa manusia itu adalah makhluk yang tak pernah lepas dari salah. Oleh karena itu, janganlah memandang seseorang dari baik-buruknya saja, karena kedua hal itu pasti akan ditemui dalam setiap manusia. Selain itu, Chairil juga ingin menyampaikan agar pembaca tidak perlu ragu dalam berkarya. Berkaryalah dan biarkan orang lain menilainya, seperti apa pun bentuk penilaian itu. SHARE TO » Ginting T. D. 2007. Pertem(p)u(r)an Chairil Anwar dengan Tuhan. www.puisi.net. (Diakses pada tanggal 15 November 2007) Aidit, Sobron. 1999. Bab 1: Chairil Anwar. www.lallement.com. (Diakses pada tanggal 15 November 2007) Lampiran Syair: AKU Oleh : Chairil Anwar Kalau sampai waktuku 'Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak › Opini›Di Balik Angka dan Kata... Sastra dan matematika saling terkait. Sastra dapat mengekspresikan konsep matematika secara metaforis dan analogis, sedangkan matematika memberikan alas logika yang kokoh bagi pengembangan pemikiran sastra. Oleh MEICKY SHOREAMANIS PANGGABEAN 1 menit baca Sastra dan matematika adalah dua bidang yang kerap dipertentangkan keberadaannya sastra mengolah rasa sedangkan matematika mengelola logika. Memang esensi dan pendekatan dua bidang keilmuan ini berlainan, tetapi sesungguhnya sastra dan matematika memiliki keterkaitan yang menarik untuk diulas. Salah satu contoh terbaik bisa jadi adalah karya Jorge Luis Borges, Death and the Compass, yang tak bisa dilepaskan dari mengungkapkan rasa dan rasio melalui kata-kata untuk memperdalam pemahaman kita tentang manusia dan dunia. Di sisi lain, matematika adalah bahasa yang digunakan untuk memecahkan masalah kompleks, menganalisis pola, dan mengungkapkan rahasia alam semesta. Namun, keduanya tidak hidup kesepian dalam batasannya sendiri. Di balik kata-kata yang cantik dan rumus-rumus yang kompleks, terdapat keindahan dan logika yang saling melengkapi. Sastra dapat mengekspresikan konsep matematika secara metaforis dan analogis dengan variasi bahasa yang luas, adapun matematika memberikan alas logika yang kokoh bagi pengembangan pemikiran sastra. Bahasa dan simbol adalah pengikat pertama sastra dan matematika, dua bidang ilmu yang kerap diposisikan sebagai dua entitas yang duduk saling juga Lima Menit Biola di Kelas MatematikaAmbillah contoh puisi karya penyair Amerika, Howard Nemerov, peraih penghargaan Pulitzer pada 1978. Dalam Figures of Thought, ia menguraikan sebuah model matematika To lay the logarithmic spiral on//Sea-shell and leaf alike, and see it fit,//To watch the same idea work itself out//In the fighter pilot's steepening, tightening turn//Onto his target, setting up the kill,//And in the flight of certain wall-eyed bugs. Spiral logaritmik adalah bentuk spiral yang bisa kita dapati dari alam seperti cangkang kerang atau lintasan burung Anwar juga menyelipkan bahasa matematis, yaitu tanda tambah, bukan kata ’dan’ dalam puisinya yang berjudul Sorga Seperti ibu + nenekku juga//tambah tujuh keturunan yang lalu//aku minta pula supaya sampai di sorga//yang kata Masyumi + Muhammadiyah bersungai susu//dan bertabur bidari beribu. Pelopor angkatan ’45 ini menunjukkan bahwa keseharian manusia dalam berpikir dan bertindak tak bisa lepas dari matematika yang penuh struktur dan pola. Dalam menganalisis sebuah karya sastra, aspek seperti karakter dan tema dapat dianalisis dengan menggunakan metode kuantitatif. Misalnya, kita dapat menggunakan konsep statistik untuk mengukur dan membandingkan rata-rata jumlah kata yang digunakan oleh karakter dalam sebuah cerita atau membuat distribusi statistik karakter atau perilaku karakter tersebut. Hal ini bisa diperdalam untuk mendeteksi teknik propaganda jika ada atau mengidentifikasi ideologi terselubung serta menjadi referensi untuk menginterpretasi maksud, tujuan, dan sifat karakter yang keterkaitan lainnya yang mengikat sastra dan matematika adalah keindahan serta estetika. Salah satun pola yang dianggap indah dalam dunia matematika adalah deret Fibonacci. Dunia sastra mengenal Fibonacci Poems atau Puisi Fibonacci. The Fib, demikianlah Fibonacci Poems kerap disingkat, adalah syair beberapa baris yang dibentuk berdasarkan urutan Fibonacci. Jadi, jumlah suku kata di setiap baris sama dengan jumlah total suku kata di dua baris sebelumnya. Gagasan untuk menggunakan deret Fibonacci dalam puisi sebenarnya sudah ada sejak 1974, tetapi bentuk ini baru populer setelah Gregory Pincus mengeksplorasinya dan mempublikasikannya melalui blog pada demikian, adakalanya matematika memegang peranan yang eksplisit dan signifikan dalam sebuah karya berikutnya terletak kepada hadirnya logika dalam kedua dunia ini. Sastra mencakup aspek subyektif dan emosional yang tidak dapat dianalisis secara utuh dengan menggunakan logika matematika. Prinsip atau kerangka berpikir matematis dapat dimanfaatkan untuk menganalisis beberapa aspek prinsip-prinsip matematika tersebut tidak dapat sepenuhnya menguraikan kompleksitas pengalaman manusia yang terungkap dalam karya sastra. Kendati demikian, ada kalanya matematika memegang peranan yang eksplisit dan signifikan dalam sebuah karya sastra. Salah satu contohnya dapat kita temukan dalam literatur Holmes, tokoh fiksi karya Arthur Conan Doyle, sangat mungkin adalah detektif yang paling terkemuka dalam sejarah sastra dunia. Goriely, A, & Moulton, DE 2012 mengisahkan bahwa pada musim panas 2010, OCCAM The Oxford Centre for Collaborative Applied Mathematics diminta Warner Bros untuk membantu mereka dalam aspek matematika serial Sherlock Holmes yang berjudul A Game of Shadows. Musuh bebuyutan Holmes adalah seorang ahli matematika, Profesor James Moriarty. Tugas Goriely & Moulton adalah mendesain persamaan yang akan muncul pada papan raksasa di kantor Moriarty. Dalam persamaan tersebut, terdapat pesan tersembunyi mengenai beberapa rencana jahat juga Keindahan, Seni, dan SainsJerry Lenz pada 1973 telah memanfaatkan cerita science fiction untuk memperkenalkan siswa pada ide-ide dalam geometri. Penggunaan prinsip-prinsip matematika dalam analisis sastra bukanlah sebuah kewajiban. Pun mengulas matematika melalui karya sastra bukanlah suatu keharusan. Namun, penjabaran di atas semoga bisa mengingatkan kita, terutama pendidik, bahwa sastra dan matematika sesungguhnya berkawan akrab, dan pengajaran akan kedua bidang ini bisa dilakukan dengan menggunakan pendekatan Shoreamanis Panggabean, Dosen di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pelita HarapanARSIP LINKEDINMeicky Shoreamanis Panggabeann PuisiDoa Chairil Anwar: kepada pemeluk teguh Tuhanku Dalam termenung Aku masih menyebut nama-Mu Jumat, 18 September 2020 09:34 Penulis: iam |
BiografiChairil Anwar Chairil Anwar adalah seorang penyair legendaris yang dikenal juga sebagai “Si Binatang Jalang” (dalam karyanya berjudul “Aku”). Salah satu bukti keabadian karyanya, pada Jumat 8 Juni 2007, Chairil Anwar, yang meninggal di Jakarta, 28 April 1949, masih dianugerahi penghargaan Dewan Kesenian Bekasi (DKB) Award 2007
Dalampuisi Aku karya Chairil Anwar ini terdapat beberapa aliterasi yang dapat dianalisis. Luka dan bisa kubawa berlari Dalam baris di atas, terdapat aliterasi b. Pengulangan bunyi /b/ terdapat pada kata bisa, bawa, dan berlari. Pengulangan bunyi b ini memperkuat keindahan bunyi pada puisi Aku. Hingga hilang pedih peri
nasionalismeChairil Anwar yang bersifat multidimensi. Hal ini disebabkan adanya pengaruh dari kognisi individu dan konteks sosial terhadap proses penciptaan puisi. Kata-kata kunci: Chairil Anwar, Nasionalisme, Hermeneutika, Analisis Wacana Kritis, Puisi Abstract Chairil Anwar was a great writer who lived during the struggle of the Indonesian
Analisisstruktur batin sebuah puisi, bertujuan untuk menentukan tema, amanat, perasaan (feeling) penyair, dan suasana kebatinan puisi tersebut. Tokoh aku yang mengingat bahwa dirinya adalah hamba tuhan dalam berbagai kondisi. Makna Puisi Aku Karya Chairil Anwar Chairil anwar merupakan penyair berdarah minangkabau yang menjadi salah satu. Analisispuisi adalah kegiatan yang dilakukan untuk menoreh dan menangkap arti tersembunyi yang ada pada sebuah puisi. Menurut Derrida (Mahdar, Amalia, & Rosi, 2018) Tema puisi Chairil Anwar ini yakni sebuah kedukaan, kedukaan terlihat dan terasa jika ditangkap lewat pengunaan bahasanya. Sejalan dengan Somad (Sulkifli & Marwati, 2016) .
  • z611jw7q6x.pages.dev/165
  • z611jw7q6x.pages.dev/341
  • z611jw7q6x.pages.dev/386
  • z611jw7q6x.pages.dev/181
  • z611jw7q6x.pages.dev/362
  • z611jw7q6x.pages.dev/228
  • z611jw7q6x.pages.dev/485
  • z611jw7q6x.pages.dev/103
  • analisis puisi chairil anwar aku