TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK” (Analisis Framing Model William A. Gamson dan Andre Modigilani) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom) Dalam Bidang Komunikasi Oleh: Lailatul Mufarihah NIM. B76215087 PUBLIC RELATIONS
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck is one of Indonesian movie which made by Sunil Soraya, and this movie was adapted from a novel that has the same title, it is opus of famous man of letters named Buya Hamka . This movie describes the life of a handsome man that decline of Minangkabau-Bugis. He has social and internal conflicts that were very tremendous and surprised, because this movie told about conflict between three actors that was amazing. Generally this movie is very interesting, but in the other side the story in this movie is sadden too, because the man always feels internal pressure. Also, this movie gives description concern with heart firmness of a man in struggles for his love and life for a girl which he loves.
SalahAsuhan(novel, 1928, difilmkan Asrul Sani, 1972) 2. Pertemuan DJodoh (novel, 1933) 3. Surapati (novel, 1950) 4. Robert Anak Surapati(novel, 1953) MARAH RUSLI. 1. Siti Nurbaya. Jakarta : Balai Pustaka. 1920 mendapat hadiah dari Pemerintah RI tahun 1969. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (1937), Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka. 15.MAKALAH BERBICARA TUGAS IDENTIFIKASI NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK OLEH HAMKA D I S U S U N OLEH Nama Sebaya Kristina Sihite Kelas Reguler A NIM 2112111017 UNIVERSITAS NEGERI MEDAN FAKULTAS BAHASA DAN SENI 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat serta karuniaNya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah ini yang tepat pada waktunya yang berjudul ”Identifikasi unsur- unsur novel yang berjudul Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck oleh karangan Hamka”. Makalah ini berisikan informasi tentang perjalanan unsur- unsur intrinsik yang ada dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, yang di sertakan dengan sinopsis yang terkandung dalam novel. Dan kiranya dapat memenuhi nilai tugas mata kuliah Berbicara yang diberikan oleh Ibu Dra. Rosdiana Siregar sesuai yang diharapkan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Demikianlah sebagai kata pengantar, dengan iringan serta harapan semoga tulisan sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca. Atas semua ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, semoga segala bantuan dari semua pihak mendapat amal baik yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa. Medan, Desember 2011 Penulis DAFTAR ISI Kata Pengantar................................................................................................ i Daftar Isi.......................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1 Latar Belakang...................................................................................... 1 Permasalahan........................................................................................ 2 Rumusan Masalah...................................................................... 2 Penegasan Konsep Variabel....................................................... 2 Deskripsi Masalah...................................................................... 2 Tujuan Pembahasan.............................................................................. 2 Pengertian istilah dalam judul............................................................... 3 Sistemetika Penulisan........................................................................... 3 BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 4 Identitas Novel..................................................................................... 4 Sinopsis................................................................................................ 5 Unsur- Unsur Intrinsik Novel............................................................... 6 Tema.......................................................................................... 6 Alur/ Plot.................................................................................... 7 Penokohan/ perwatakan............................................................. 9 Setting/ latar................................................................................ 10 Sudut pandang............................................................................ 10 Gaya Bahasa............................................................................. 10 Amanat....................................................................................... 10 Biografi Pengarang............................................................................... 11 Bab III PENUTUP............................................................................................. 12 Simpulan.............................................................................................. 12 Saran.................................................................................................... 12 Daftar Bacaan....................................................................................... 12 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hadirnya suatu karya sastra tentunya agar dinikmati oleh para pembaca. Untuk dapat menikmati sebuah karya secara sungguh-sungguh dan baik diperlukan seperangkat pengetahuan akan karya sastra. Tanpa pengetahuan yang cukup penikmatan akan sebuah karya hanya bersifat dangkal dan sepintas karena kurangnya pemahaman yang tepat. Dalam dunia kesusastraan penyair sering dilukiskan sebagai orang kerasukan yang bicara secara tidak sadar tentang apa saja yang dirasakan dalam tingkatan sub dan supra dan supra-rasional Hardjana, 1981 61. Dalam dunia fiksi kadang ada sesuatu yang tidak dapat diterima oleh akal sehat, karena memang dengan istilah seorang penyair mengejewantahkan imajinasinya untuk diwujudkan dalam karya sastra. Dalam dunia kesusastraan selalu identik dengan penjiwaan baik itu dari tingkat emosi pengarang maupun dari penikmat karya sastra. Hasil karya sastra tertentu merupakan hasil khayalan pengarang yang sedang mengalami keadaan jiwa tertentu Hardjana, 1981 65. Dari sinilah dapat kita simpulkan bahwa karya sastra merupakan sebuah bentukan out put dari proses pemikiran imajinatif pengarang dalam mengapresiasi untuk menjadi sesuatu yang estetik. Disamping itu, pengetahuan akan unsur-unsur yang membentuk karya sastra pun sangat diperlukan untuk memahami karya sastra secara menyeluruh. Tanpa pengetahuan akan unsur-unsur yang membangun karya sastra, pengetahuan kita akan dangkal dan hanya terkaan saja sifatnya, jika pengetahuan dengan cara demikian, maka maksud dan makna yang disampaikan pengarang kemungkinan tidak akan tertangkap oleh pembaca. Unsur-unsur karya sastra tersebut adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang ada dalam tubuh karya sastra itu sendiri yang meliputi tema, alur, setting, penokohan, dan sudut pandang. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang berbeda diluar tubuh karya sastra yang meliputi adat istiadat, agama, politik, situasi zaman. Permasalahan Rumusan Masalah Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur pembangun dalam karya sastra ada dua, yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Pada makalah ini penyusun akan menganalisis karya sastra yang berbentuk roman dengan judul “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijch” Karya Haji Abdul Karim Amrullah Hamka. Penegasan Konsep Variabel Dalam makalah ini penulis hanya menganalisis satu variabel yaitu tentang analisis unsur intrinsik pada roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka. Deskripsi Masalah Agar pembahasan tidak terlalu meluas, maka penyusun membatasi analisis terhadap cerpen ”1” tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Haji Abdul Karim Amirullah Hamka dengan melihat unsur intrinsiknya yaitu 1. Tema 2. Alur 3. Tokoh 4. Latar belakang cerita 5. Diksi/ Pilihan kata 6. Amanat 7. Ending Tujuan Pembahasan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan pengetahuan tentang unsur intrinsik terutama pada tema, tokoh, dan sudut pandang pada Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Pengertian istilah dalam judul Judul dalam makalah ini adalah unsur intrinsik pada Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka. Untuk menghindari terjadinya salah tafsir dan salah persepsi terhadap permasalahan dalam judul ini, maka penulis menjelaskan tentang istilah yang terdapat dalam judul sebagai berikut Unsur intrinsik adalah unsur yang ada dalam tubuh karya sastra itu sendiri yang meliputi tema, alur, penokohan, setting atau latar belakang cerita, diksi atau pilihan kata, amanat, sudut pandang dan ending cerita. Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran dalam makalah ini, maka dalam sistematika penulisan digambarkan secara singkat mengenai isi makalah ini. Bab I Pendahuluan, didalamnya terdiri dari latar belakang masalah, permasalahan terdiri dari atas rumusan masalah, penegasan konsep variabel, deskripsi masalah, tujuan pembahasan, pengertian istilah dalam judul dan sistematika penulisan. Bab II Pembahasan, pada bab ini penulis akan menguraikan sebagai berikut Unsur- unsur intrinsik novel seperti tema, alur, tokoh, setting/ latar belakang cerita, diksi atau pilihan kata, amanat dan ending/ penyelesaian dari cerita tersebut. Bab IV Penutup, yang berisi kesimpulan, saran, dan Daftar Pustaka. Dengan bab ini diharapkan mampu memberikan gambaran tentang isi keseluruhan dari suatu penelitian yakni dengan kesimpulan-kesimpulan. Selain itu juga dapat memberikan suatu saran-saran bagi kita untuk menyempurnakan makalah ini BAB II PEMBAHASAN Identitas Novel Judul Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Pengarang HAMKA Penerbit PT. Bulan Bintang 2002 Cetakan Ke- 26 Tebal 224 halaman Ukuran 21 cm Warna sampul Biru Pelaku Utama Zainuddin dan Hayati Negara Indonesia Bahasa Bahasa Melayu Genre Buku roman, Cinta Tarik pengeluaran 1939 pertama ISBN 979-418-055-6 Sinopsis Novel Roman yang dikarang oleh Prof. Dr. Hamka ini diterbitkan tahun 1939. Roman ini mengisahkan persoalan adat yang berlaku di Minangkabau dan persoalan kekayaan yang menghalangi hubungan cinta sepasang kekasih. Sejak berumur 9 bulan, Zainuddin telah ditinggalkan Daeng Habibah ibunya, menyusul kemudian ayahnya yang bernama Pendekar Sutan. Zainuddin tinggal bersama bujangnya, Mak Base, Kira-kira 30 tahun yang lalu, ayahnya punya perkara dengan Datuk Mantari Labih mamaknya, soal warisan. Dalam suatu pertengkaran Datuk Mantari terbunuh. Pendekar Sutan kemudian dibuang ke Cilacap selama 15 tahun. Setelah selesai masa hukumannya, ia dikirim ke Bugis untuk menumpas pemberontakan yang melawan Belanda. Di sanalah Pendekar Sutan bertemu dengan Daeng Habibah. Untuk mencari keluarga ayahnya, Zainuddin pergi ke desa Batipuh di Padang. Di Padang ia tinggal di rumah saudara ayahnya, Made Jamilah. Sebagai seorang pemuda yang datang dari Makasar, ia merasa asing di Padang. Apalagi tanggapan saudara-saudaranya demikian. Demikian pula ketika ia dapat berkenalan dengan Hajati karena meminjamkan payungnya pada gadis itu. Hubungan antara Zainuddin dan Hajati makin hari tersiar ke seluruh dusun dan Zainuddin tetap dianggap orang asing bagi keluarga Hajati maupun orang-orang di menjaga nama baik kedua orang muda dan keluarga mereka masing-masing, Zainuddin disuruh meninggalkan Batipuh oleh mamak Hajati. Dengan berat hati Zainuddin meninggalkan Batipuh menuju Padang Panjang. Di tengah jalan Hajati menemuinya dan mengatakan bahwa cintanya hanya untuk Zainuddin. Zainuddin menerima kabar bahwa Hajati akan pergi ke Padang Panjang untuk melihat pacuan kuda atas undangan sahabat Hajati yang bemama Chadidjah. Zainuddin hanya dapat bertemu pandang di tempat itu karena bersama orang banyak ia terusir dari pagar tribune. Pertemuan yang sekejap itu membuat Hajati mendapat ejekan dari Chadidjah. Chadidjah sendiri sebenamya bermaksud menjodohkan Hajati dengan Aziz, kakak Chadidjah sendiri. Karena merasa cukup mempunyai kekayaan warisan dari orang tuanya setelah Mak Base meninggal, Zainuddin mengirim surat lamaran pada Hajati. Temyata surat Zainuddin bersamaan dengan lamaran Aziz. Setelah diminta untuk memilih, Hajati memutuskan memilih Aziz sebagai calon suaminya. Zainuddin kemudian sakit selama dua bulan karena Hajati menolaknya. Atas bantuan dan nasehat Muluk, anak induk semangnya, Zainuddin dapat merubah pikirannya. Bersama Muluk, Zainuddin pergi ke nama samaran “Z”, Zainuddin kemudian berhasil menjadi pengarang yang amat disukai pembacanya. la mendirikan perkumpulan tonil “Andalas”, dan kehidupannya telah berubah menjadi orang terpandang karena pekerjaannya. Zainuddin melanjutkan usahanya di Surabaya dengan mendirikan penerbitan buku-buku. Karena pekeriaan Aziz dipindahkan ke Surabaya, Hajati pun mengikuti suaminya. Suatu kali, Hajati mendapat sebuah undangan dari perkumpulan sandiwara yang dipimpin dan disutradarai oleh Tuan Shabir atau “Z”. Karena ajakan Hajati Aziz bersedia menonton pertunjukkan itu. Di akhir pertunjukan baru mereka ketahui bahwa Tuan Shabir atau “Z”adalah Zainuddin. Hubungan mereka tetap baik, juga hubungan Zainuddin dengan Aziz. Perkembangan selanjutnya Aziz dipecat dari tempatnya bekerja karena hutang yang menumpuk dan harus meninggalkan rumah sewanya karena sudah tiga bulan tidak membayar, bahkan barang-barangnya disita untuk melunasi hutang. Selama Aziz di Surabaya, ia telah menunjukkan sifat-sifatnya yang tidak baik. la sering keluar malam bersama perempuan jalang, berjudi, mabuk-mabukan, serta tak lagi menaruh cinta pada Hajati. Akibatnya, setelah mereka tidak berumah lagi. Mereka terpaksa menumpang di rumah Zainuddin. Di Surabaya inilah Zainudin bertemu dengan Hayati yang diantar oleh suaminya sendiri Azis, untuk dititipkan kepadanya, kemudian Azis mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Rasa cinta Zainudin pada Hayati sebenarnya masih membara, akan tetapi mengingat Hayati itu sudah bersuami, cinta yang masih menyala itu berusaha untuk dipadamkan, kemudian Hayati dibiayai untuk pulang ke nasib malang menimpa Hayati, dalam perjalanan pulang ke Batipun itu, kapal Van Der Wijck yang ditumpanginya tenggelam. Hayati meninggal dunia di rumah sakit di Cirebon. Di saat-saat akhir hayatnya, Hayati masih sempat mendengar dan melihat bahwa sebenarnya Zainudin masih sangat mencintainya, namun semua itu sudah terlambat. Tidak berselang lama, Zainudin menyusul Hayati ke alam baka, dan jenazah Zainudin dimakamkan persis di samping makan mantan kekasihnya, Hayati. Unsur- unsur Intrinsik Novel Analisis struktural karya sastra, yang dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendiskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Analisis strukturalnya sebagai berikut Tema Dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka ini tentang kasih tak sampai. Sangat kental dengan budaya Minang yang sangat patuh akan peraturan adat. Adapula penggalan ceritanya “…….apa yang dikerjakannya, padahal cinta adalah sebagai kemudi dari bahtera kehidupan. Sekarang kemudi itu dicabut, kemana dia hendak berlabuh, teroleng terhempas kian kemari, daratan tak nampak, pulau kelihatan. Demikianlah nasib anak muda yang maksudnya tiada sampai 1986123. Alur/plot Dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka menggunakan alur maju mundur, karena menceritakan hal-hal yang sudah lampau atau masa lalu dan kembali lagi membahas hal yang nyata atau kembali ke cerita baru dan berlanjut. Ada lima tingkatan alur yakni Penyituasian Tahap penyituasian, tahap yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, memberikan informasi awal dan lain-lain. Berikut ini merupakan tahap awal dari roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka yang berkaitan dengan tahap penyituasaian. “Di tepi pantai, di antara kampong Bara dan kampung Mariso berdiri sebuah rumah bentuk Makasar, yang salah satu jendelanya menghadap ke laut. Di sanalah seorang anak muda yang berusia kira-kira 19 tahun duduk termenung seorang diri menghadapkan mukanya ke laut. Meskipun matanya terpentang lebar, meskipun begitu asyik dia memperhatikan keindahan alam di lautan Makasar, rupanya pikiranya telah melayang jauh sekali, ke balik yang tak tampak di mata, dari lautan dunia pindah ke lautan khayal 198610. Konflik Tahap pemunculan konflik, masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Jadi tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya. Kejadian dan konflik yang dialami tokoh Hayati dan Zainuddin dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka bisa dilihat dari penggalan cerita berikut ini “Sesungguhnya persahabatan yang rapat dan jujur diantara kedua orang muda itu, kian lama kian tersiarkan dalam dudun kecil itu. Di dusen belumlah orang dapat memendang kejadian ini dengan penyelidikan yang seksama dan adil. Orang belum kenal percintaan suci yang terdengar sekarang, yang pindah dari mulut ke mulut, ialah bahwa Hayati, kemenakan Dt……..telah ber “intaian” bermain mata, berkirim-kirim surat dengan anak orang Makasar itu. Gunjing, bisik dan desus perkataan yang tak berujung pangkal, pun ratalah dan pindah dari satu mulut ke mulut yang lain, jadi pembicaran dalam kalangan anak muda-muda yang duduk di pelatar lepau petang hari. Hingga akhirnya telah menjadi rahasia umum. Orang-orang perempuan berbisik-bisik di pancuran tempat mandi, kelak bila kelihatan Hayati mandi di sana, mereka pun berbisik dan mendaham, sambil melihat kepadanya dengan sudut muda yang masih belum kawin dalam kampung sangat naik mereka adalah perbuatan demikian merendahkan derajat mereka seakan -akan kampung tak terutama sekali yang dihinakan orang adalah persukuan Hayati, terutama mamaknya sendiri Dt…yang dikatakan buta saja matanya melihat kemenakannya membuat malu, melangkahi kepala ninik –mamak. 198657 Tahap Peningkatan Konflik Konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. Tahap peningkatan konflik dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka terjadi ketika Zainuddin dan Aziz sama-sama mengirimkan surat kepada orang tua Hayati, dari lamaran kedua pemuda itu, ternyata lamaran Aziz yang diterima karena orang tua Hayati mengetahui latar belakang pemuda yang kaya raya itu, sedangkan lamaran Zainudin ditolak karena orang tua Hayati tidak ingin anaknya bersuamikan orang miskin. Hal ini bisa terlihat dari penggalan cerita berikut ini ”Kalam dia tertolak lantaran dia tidak ber-uang maka ada tersedia uang yang dapat dipergunakan untuk menghadapi gelombang kehidupan sebagai seorang mahluk yang tawakkal.” 1986118 Klimaks Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh tokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama. Dalam Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka, tahap klimaks terjadi ketika Aziz meminta supaya Zainuddin menikahi Hayati. Sekalipun dalam hati Zainuddin masih mencintai Hayati, Zainuddin menolak permintaan Aziz. Bahkan Zainuddin memulamgkan Hayati ke kampung halamannya dengan menggunakan Kapal Van Der Wijck. Hal ini bisa dilihat pada pernyataan berikut “Bila terjadi akan itu, terus dia berkata “Tidak Hayati ! kau mesti pulang kembali ke Padang! Biarkan saya dalam keadaan begini. Pulanglah ke Minangkabau! Janganlah hendak ditumpang hidup saya , orang tak tentu asal ….Negeri Minangkabau beradat !.....Besok hari senin, ada Kapal berangkat dari Surabaya ke Tanjung Periuk, akan terus ke Padang! Kau boleh menumpang dengan kapal itu, ke kampungmu”. 198619 Penyelesaian Tahap penyelasaian dalam Roman Tenggelamya Kapal Van Der Wijck karya Hamka ketika Zainuddin mendapat kabar bahwa Kapal yang ditumpangi Hayati tenggelam, sedangkan Hayati dirawat di Rumah Sakit Tuban. Dengan diterima Muluk sahabatnya Zainuddin menengok wanita yang sangat dicintainya itu. Rupanya pertemuan mereka itu adalah pertemuan yang terakhir karena Hayati menghembuskan nafasnya yang terakhir dalam pelukan Zainuddin. Kejadian itu membuat Zainuddin merasakan penyesalan yang berkepanjangan hingga Zainuddin jatuh sakit dan meninggal dunia. Zainuddin dimakamkan di sebelah makam Hayati. Penokohan/ Perwatakan Pada roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka terdapat beberapa karakter di antaranya Karakter utama mayor karakter, protagonis adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang palaing banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh karakter utama yang ada dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka adalah tokoh Zainuddin, yang memiliki sopan santun dan kebaikan pada semua orang. Sedangkan yang lainnya yang menjadi tokoh protagonisnya adalah tokoh Hayati yang menjadi kekasih Zainuddin. Penggalan cerita yang menunjukkan Zainuddin adalah karakter yang baik adalah “Zainuddin seorang yang terdidik lemah lembut, didikan ahli seni, ahli sya’ir, yang lebih suka mengalah untuk kepentingan orang lain”. 1986 27 Karakter pendukung minor karakter, antagonis sosok tokoh antagonis dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka adalah tokoh Aziz, karena tokoh Aziz di sini mempunyai sikap yang kasar dan sering menyakiti istrinya, dan tidak mempunyai tanggung jawab dalam keluarga dan selalu berbuat kejahatan karena sering main judi dan main perempuan. “…..ketika akan meninggalakan rumah itu masih sempat juga Aziz menikamkan kata-kata yang tajam ke sudut hati Hayati…..sial”. 1811986 Karakter pelengkap adalah Muluk dan Mak Base karena keduanya adalah sosok yang bijak dan selalu berada di samping tokoh utama untuk memberi nasehat dan sangat setia menemani tokoh utama sampai akhir cerita Setting/latar Latar dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka berlatar di Mengkasar “Di waktu senja demikian, kota Mengkasar kelihatan hidup hal. 3” Padang Panjang” Bilamana Zainuddin sampai ke Padang Panjang , negeri yang ditujunya, telah di teruskannya ke dusun Batipuh karena menurut keterangan orang setempat, di sanalah negeri ayahnya yang asli hal. 20” Surabaya “ Diberanda subuah rumah makan yang ramai dalam kota Surabaya, sehabis waktu magrib duduklah Zainuddin seorang dirinya hal. 174” Sudut Pandang Pada roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka menggunakan sudut pandang orang ketiga tunggal karena menyebutkan dan menceritakan secara langsung karakter pelakunya secara gamblang. Penggalan cerita pada roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka sebagai berikut “Mula-mula datang, sangatlah gembira hati Zainuddin telah sampai ke negeri yang selama ini jadi kenang-kenagannya.”1986 26 Gaya Bahasa Dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka menggunakan kalimat yang sangat kompleks karena menggunakan bahasa melayu yang baku. Seperti dalam penggalan cerita berikut ini “Lepaskan Mak, jangan bermenung juga,” bagaimana Mamak tidak akan bermenung, bagaimana hati mamak tidak akan berat………..” 1986 22 Amanat Dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka mengandung nilai moral yang tinggi ini terlihat dari para tokoh yang ada seperti Zainuddin. Hal tersebut bisa kita lihat dari panggilan cerita berikut ini “Demikian penghabisan kehidupan orang besar itu. Seorang di antara Pembina yang menegakkan batu pertama dari kemuliaan bangsanya; yang hidup didesak dan dilamun oleh cinta. Dan sampai matipun dalam penuh cinta. Tetapi sungguhpun dia meninggal namun riwayat tanah air tidaklah akan dapat melupakan namanya dan tidaklah akan sanggup menghilangkan jasanya. Karena demikian nasib tiap-tiap orang yang bercita-cita tinggi kesenangannya buat orang lain. Buat dirinya sendiri tidak”. 1986223 Biografi Pengarang HAMKA adalah singkatan dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Beliau lahir di Molek, Meninjau, Sumatra Barat, Indonesia pada tanggal 17 Februari 1908. Ayah beliau bernama Syeh Abdul Karim bin Amrullah Haji Rasul. Ketika Hamka berumur 10 tahun ayahnya membangun Thawalib Sumatra di Padang Panjang. Di sana Hamka belajar tentang ilmu agama dan bahasa Arab. Di samping belajar ilmu agama pada ayahnya, Hamka juga belajar pada beberapa ahli Islam yang terkenal seperti Syeh Ibrahim Musa, Syeh Ahmad Rasyid, Sutan Mansyur dan Ki Bagus Hadikusumo. Pada tahun 1927 Hamka menjadi guru agama di Perkebunan Tinggi Medan dan Padang Panjang tahun 1929. tahun 1957-1958 Hamka sebagai dosen di Universitas Islam Jakarta dan Universitas Muhamadiyah Padang Panjang. Hamka tertarik pada beberapa ilmu pengetahuan seperti sastra, sejarah, sosiologi, dan politik. Pada tahun 1928 Hamka menjadi ketua Muhammadiyah di Padang Panjang. Tahun 1929 beliau membangun “Pusat Latihan Pendakwah Muhammadiyah” dua tahun kemudian menjadi ketua Muhammadiyah di Sumatra Barat dan Pada 26 juli 1957 beliau menjadi ketua Majelis Ulama Indonesia. Hamka sudah menulis beberapa buku seperti Tafsir Al-Azhar 5 jilid dan novel seperti; Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di bawah Lindungan Ka’bah, Merantau Ke Deli, Di dalam Lembah Kehidupan dan sebagainya. Hamka memperoleh Doctor Honoris Causa dari Universitas Al- Azhar 1958, Doctor Causa dari Universitas Kebangsaan Malaysia 1974 dan pada 24 juli 1981 Hamka meninggal dunia. BAB III PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil analisis data tentang roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka dapat disimpulkan sebagai berikut 1. Struktur roman terdiri dari tema, alur/plot, setting/latar, sudut pandang, karakter, gaya bahasa, dan amanat, di mana hubungan antar unsur dalam roman ini menunjukkan hubungan yang begitu padu sehinggga menghasilkan jalinan cerita yang sangat menarik. 2. Unsur religiusitas roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka mengandung aspek aqidah, syariah, dan akhlak yang tergambar dalam setiap perilaku tokoh yang dimainkan, di samping itu pengarang sendiri sebagai seorang agamawan yang begitu kental memasukkan unsur–unsur agama ke dalam roman ini Saran Hendaknya dalam menjalani hidup dan kisah percintaan tidak selalu terikat oleh adat yang sangat ketat, yang menyebabkan hubungan antara dua orang yang saling mengasihi terpisah oleh karena masalah adat. Dan bagi orang tua hendaknya tidak memaksakan kehendak terhadap anak- anaknya agar menuruti perintahnya untuk menjodohkan dia dengan pilihan orang tua tersebut. Karena anak juga dapat memilih jalan hidup yang menurut dia itu adalah hal yang terbaik sebagai pilihan hidupnya kelak. .NovelTenggelamnya Kapal Van Der Wijck adalah sebuah novel sastra yang di terbitkan tahun 1939 yang ditulis oleh seorang sastrawan sekaligus budayawan Indonesia yaitu Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan nama Hamka (Buya Hamka). Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck termasuk ke dalam novel sastra (novel serius) karena KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas menganalisis dua buah novel. Adapun judul dari novel-novel tersebut yaitu “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk” karya HAMKA dan “Ronggeng Dukuh Paruk” karya Ahmad Tohari. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan serta saran yang bermanfaat demi tersusunnya tugas ini dengan baik. Cianjur, Januari 2014 Penulis ANALISIS NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJK Identitas Novel Judul Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk Pengarang Haji Abdul Malik Karim Amrullah HAMKA Penerbit Bulan Bintang Tahun Terbit 1990 Cetakan Ke- 20 dua puluh Tebal 224 halaman Ringkasan Cerita Roman ini menceritakan tentang kisah cinta yang tidak sampai karena terhalang oleh adat yang sangat kuat. Zainudin adalah seorang pemuda dari perkawinan campuran Minangkabau dan Makasar, ayahnya Zainudin yang berdarah Minangkabau mengalami masa pembuangan ke Makasar dan kawin dengan Ibu Zainudin yang berdarah asli Makasar, mempunyai seorang kekasih asal Batipun bernama Hayati, namun hubungan mereka harus berakhir karena adat, karena berdasarkan sebuah rapat, ibu Zainudin tidak dianggap sebagai manusia penuh. Akhirnya Hayati menikah dengan seorang pemuda bangsawan asli Minangkabau bernama Azis. Mendengar pernikahan itu Zainudin jatuh sakit, akan tetapi berkat dorongan semangat dari Muluk sahabatnya yang paling setia, kondisi Zainudin berangsur-angsur membaik dan pada akhirnya Zainudin menjadi seorang pengarang yang sangat terkenal dan tinggal di Surabaya. Di Surabaya inilah Zainudin bertemu dengan Hayati yang diantar oleh suaminya sendiri Azis, untuk dititipkan kepadanya, kemudian Azis mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Rasa cinta Zainudin pada Hayati sebenarnya masih membara, akan tetapi mengingat Hayati itu sudah bersuami, cinta yang masih menyala itu berusaha untuk dipadamkan, kemudian Hayati dibiayai untuk pulang ke Batipun. Tetapi nasib malang menimpa Hayati, dalam perjalanan pulang ke Batipun itu, kapal Van Der Wijck yang ditumpanginya tenggelam. Hayati meninggal dunia di rumah sakit di Cirebon. Di saat-saat akhir hayatnya, Hayati masih sempat mendengar dan melihat bahwa sebenarnya Zainudin masih sangat mencintainya, namun semua itu sudah terlambat. Tidak berselang lama, Zainudin menyusul Hayati ke alam baka, dan jenazah Zainudin dimakamkan persis di samping makan mantan kekasihnya, Hayati. Analisis Unsur Dalam Interinsik Tema Utama Kasih Tak Sampai Tema Bawaan Cinta Yang Tak di Restui Tokoh Utama a. Zainuddin Hayati Khadijah Aziz Tokoh Pembantu a. Mak Base Orang Tua Angkat Zainuddin MulukSahabat Zainddin Daeng Masiga Mak Tengah Limah Mamak dari Hayati Karakter Zainuddin Tokoh Protagonis Seorang pemuda yang baik hati, alim, sederhana, memiliki ambisi dan cita-cita yang tinggi, pemuda yang setia, sering putus asa, hidupnya penuh kesengsaraan oleh cinta, tetapi memiliki percaya diri yang tinggi, mudah rapuh, orang yang keras kepala. Bukti“Zainuddin seorang yang terdidik lemah lembut, didikan ahli seni, ahli sya’ir, yang lebih suka mengalah untuk kepentingan orang lain”. 1986 27 HayatiTokoh Protagonis Perempuan yang baik, lembut, ramah dan penurut adat. Perempuan yang pendiam, sederhana, dan memiliki kesetiaan. Perempuan yang menghormati ninik mamaknya, penyayang, memiliki belas kasihan, orang yang tulus, sabar dan terkesan mudah dipengaruhi. Aziz Tokoh Antagonis Seorang laki-laki yang pemboros, suka berfoya-foya, tidak setia, tidak memiliki tujuan hidup, orang kaya dan berpendidikan, orang yang tidak beriman, tidak bertanggung jawab dan dalam hidup hanya bersenang-senang senang menganiaya istrinya dan putus asa. Bukti “…..ketika akan meninggalakan rumah itu masih sempat juga Aziz menikamkan kata-kata yang tajam ke sudut hati Hayati…..sial”. 1811986 Khadijah Perempuan yang berpendidikan, berwatak keras, senang mempengaruhi orang lain, orang kaya, penyayang teman, merupakan orang kota, memiliki keinginan yang kuat. Latar Tempat Mengkasar tempat Zainuddin dilahirkan Dusun Batipuh tempat Hayati tinggal dan bertemu dengan Zainuddin pertama kali Padang Panjang Tempat Zainuddin pindah dari Batipuh untuk mendalami ilmu, tempat Khadijah tinggal, tempat adanya pacuan kuda dan Pasar Malam Jakarta/ Batavia Tempat Zainuddin dan temannya Muluk pertama kali pindah ke Jawa Surabaya Tempat Zainuddin tinggal dan menjadi penulis, tempat pindahan kerja Aziz dan Hayati Lamongan di rumah sakit, tempat terakhir kalinya Zainuddin dan Hayati berdialog sebelum meninggal Latara waktu Siang Malam Peristiwa Besar Muluk mengabarkan perkawinan Hayati dan Aziz, hingga membuat Zainuddin jatuh sakit. Makin lama sakitnya makin parah, bahkan Zainuddin sudah tidak punya semangat untuk hidup lagi. Datangnya dua pucuk surat dari Aziz yang meninggalkan hayati di rumah Zainuddin. Yang pertama surat cerai untuk hayati, dan surat kedua ditunjukan untuk Zainuddin yang berisi permintaan maaf dan permintaan agar zainuddin mau menerima hayati kembali “saya kembalikan hayati ketangan saudara , karena memeang saudaralah yang lebih berhak atas dirinya” hlm. 192. Pulangnya hayati ke kampung halamannya karena penolakan dari Zainuddin. Hayati pulang dengan menumpang kapal van der wijk. Tersiarnya kabar dari sebuah surat kabar yang terbit di Surabaya bahwa “kapal van der wijk tenggelam” Meninggalnya Hayati setelah memberikan pesan kepada Zainuddin. Sejak saat itu kesehatan Zainuddin menurun dan akhirnya dia pun meninggal. Zainuddin dimakamkan bersebelahan dengan makam Hayati. Gaya Bahasa dan Maknanya Gaya bahasa dalam novel Tenggelamnya Kapal Van der Wijck menggunkan bahasa melayu kental di padukan bahasa Minangkabau. Sering pula menggunakan bahasa pengandaian. Kalimat yang digunakan sangat kompleks karena menggunakan bahasa melayu yang baku. Seperti dalam penggalan cerita berikut ini “Lepaskan Mak, jangan bermenung juga,” bagaimana Mamak tidak akan bermenung, bagaimana hati mamak tidak akan berat………..” 1986 22 Analisis Unsur Luar Ektrinsik Pengarang Haji Abdul Malik Karim Amrullah HAMKA Lahir Tanggal 17 Februari 1908 di Molek, Sumatra Barat Pendidikan 1. Sekolah Dasar 1915 Diniyah School 1917 Thawalib 1918 Muhamadiyah dan sarekat islam Kegiatan 1. Guru Agama Dosen Universitas Islam Jakarta dan Universitas Muhamadiyah Ketua Cabang Muhamadiyah Padang Panjang Konsultan Muhamadiyah Ketua Majelis Pimpinan Muhamadiyah Ketua Umum MUI Karyanya 1. Di Bawah Lindungan Ka’bah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk
Membacanovel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka, (2) Menyiapkan lembar pengumpulan data, (3) Mencari dan mengelompokkan bagian-bagian dari cerita novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka sesuai dengan indikator, (4) Memberikan kode pada setiap kelompok data sesuai dengan rumusan, dan (5) Menyeleksi kembali setiap
TUGAS AKHIR MATA KULIAH KRITIK SASTRA “Pengertian Kritik Sastra, Kritik Objektif, dan Analisis Unsur Inrtinsik Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka” Oleh NAMA PAHRUDIN ARROZI NIM E1C 112 100 KELAS V/A PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2014 Pengertian Kritik Sastra, Kritik Objektif, dan Analisis Unsur Inrtinsik Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka 1. Pengertian Kritik Sastra Kritik sastra merupakan salah satu objek studi sastra cabang ilmu sastra yang sifatnya melakukan analisis, penafsiran, dan penilaian terhadap teks sastra sebagai karya seni. Kritik Sastra adalah analisa terhadap suatu karya sastra untuk mengamati atau menilai baik buruknya suatu karya secara objektif. Abrams Pradotokusumo, 2005 57 mendeskripsikan bahwa kritik sastra merupakan cabang ilmu sastra yang fokus implementasinya berurusan dengan perihal perumusan, klasifikasi, penerangan, dan penilaian terhadap karya sastra. 2. Pengertian Kritik Objektif Kritik objektif adalah suatu kritik sastra yang menggunakan pendekatan atau pandangan bahwa suatu karya sastra adalah karya yang mandiri. Ia tidak perlu dilihat dari segi pengarang, pembaca, atau dunia sekitarnnya. Ia harus dilihat sebagai objek yang berdiri sendiri, yang memiliki dunia sendiri. Oleh sebab itu, kritik yang dilakukan atas suatu karya sastra merupakan suatu kajian intrinsic semata. Kritik objektif adalah kritik yang berorientasi atau memfokuskan perhatian kepada karya sastra itu sendiri. Kritik ini memandang karya sastra sebagai suatu objek yang mencukupi dirinya sendiri sebuah dunia yang mandiriotonom, maka dalam mengkritik karya sastra kritikus akan mendasarkan analisis, interpertasi, dan penilainya berdasarkan karya sastra itu sendiri, tanpa menghubungkan dengan realitas, pembaca, maupun pengarangnya. 3. Analisis Unsur Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka 1 Tema Dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka ini bertema tentang kasih tak sampai. Sangat kental dengan budaya Minang yang sangat patuh akan peraturan adat. Adapula penggalan ceritanya “…….apa yang dikerjakannya, padahal cinta adalah sebagai kemudi dari bahtera kehidupan. Sekarang kemudi itu dicabut, kemana dia hendak berlabuh, teroleng terhempas kian kemari, daratan tak nampak, pulau kelihatan. Demikianlah nasib anakmuda yang maksudnya tiada sampai 1986123. 2 Alur/plot Dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka menggunakan alur maju mundur, karena menceritakan hal-hal yang sudah lampau atau masa lalu dan kembali lagi membahas hal yang nyata atau kembali ke cerita baru dan berlanjut. Ada lima tingkatan alur yakni PenyituasianTahap penyituasian, tahap yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, memberikan informasi awal dan lain-lain. Berikut ini merupakan tahap awal dari roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka yang berkaitan dengan tahap penyituasaian. “Di tepi pantai, di antara kampong Bara dan kampung Mariso berdiri sebuah rumah bentuk Makasar, yang salah satu jendelanya menghadap ke laut. Di sanalah seorang anak muda yang berusia kira-kira 19 tahun duduk termenung seorang diri menghadapkan mukanya ke laut. Meskipun matanya terpentang lebar, meskipun begitu asyik dia memperhatikan keindahan alam di lautan Makasar, rupanya pikiranya telah melayang jauh sekali, ke balik yang tak tampak di mata, dari lautan dunia pindah ke lautan khayal 198610. Konflik Tahap pemunculan konflik, masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Jadi tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya. Kejadian dan konflik yang dialami tokoh Hayati dan Zainuddin dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka bisa dilihat dari penggalan cerita berikut ini “Sesungguhnya persahabatan yang rapat dan jujur diantara kedua orang muda itu, kian lama kian tersiarkan dalam dudun kecil itu. Di dusen belumlah orang dapat memendang kejadian ini dengan penyelidikan yang seksama dan adil. Orang belum kenal percintaan suci yang terdengar sekarang, yang pindah dari mulut ke mulut, ialah bahwa Hayati, kemenakan Dt……..telah ber “intaian” bermain mata, berkirim-kirim surat dengan anak orang Makasar itu. Gunjing, bisik dan desus perkataan yang tak berujung pangkal, pun ratalah dan pindah dari satu mulut ke mulut yang lain, jadi pembicaran dalam kalangan anak muda-muda yang duduk di pelatar lepau petang hari. Hingga akhirnya telah menjadi rahasia umum. Orang-orang perempuan berbisik-bisik di pancuran tempat mandi, kelak bila kelihatan Hayati mandi di sana, mereka pun berbisik dan mendaham, sambil melihat kepadanya dengan sudut muda yang masih belum kawin dalam kampung sangat naik mereka adalah perbuatan demikian merendahkan derajat mereka seakan -akan kampung tak terutama sekali yang dihinakan orang adalah persukuan Hayati, terutama mamaknya sendiri Dt…yang dikatakan buta saja matanya melihat kemenakannya membuat malu, melangkahi kepala ninik –mamak. 198657. Tahap Peningkatan Konflik Konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. Tahap peningkatan konflik dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka terjadi ketika Zainuddin dan Aziz sama-sama mengirimkan surat kepada orang tua Hayati, dari lamaran kedua pemuda itu, ternyata lamaran Aziz yang diterima karena orang tua Hayati mengetahui latar belakang pemuda yang kaya raya itu, sedangkan lamaran Zainudin ditolak karena orang tua Hayati tidak ingin anaknya bersuamikan orang miskin. Hal ini bisa terlihat dari penggalan cerita berikut ini ”Kalam dia tertolak lantaran dia tidak ber-uang maka ada tersedia uang yang dapat dipergunakan untuk menghadapi gelombang kehidupan sebagai seorang mahluk yang tawakkal.” 1986118 Klimaks Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh tokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama. Dalam Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka, tahap klimaks terjadi ketika Aziz meminta supaya Zainuddin menikahi Hayati. Sekalipun dalam hati Zainuddin masih mencintai Hayati, Zainuddin menolak permintaan Aziz. Bahkan Zainuddin memulamgkan Hayati ke kampung halamannya dengan menggunakan Kapal Van Der Wijck. Hal ini bisa dilihat pada pernyataan berikut “Bila terjadi akan itu, terus dia berkata “Tidak Hayati ! kau mesti pulang kembali ke Padang! Biarkan saya dalam keadaan begini. Pulanglah ke Minangkabau! Janganlah hendak ditumpang hidup saya , orang tak tentu asal ….Negeri Minangkabau beradat !.....Besok hari senin, ada Kapal berangkat dari Surabaya ke Tanjung Periuk, akan terus ke Padang! Kau boleh menumpang dengan kapal itu, ke kampungmu”. 1986198 Penyelesaian Tahap penyelasaian dalam Roman Tenggelamya Kapal Van Der Wijck karya Hamka ketika Zainuddin mendapat kabar bahwa Kapal yang ditumpangi Hayati tenggelam, sedangkan Hayati dirawat di Rumah Sakit Tuban. Dengan diterima Muluk sahabatnya Zainuddin menengok wanita yang sangat dicintainya itu. Rupanya pertemuan mereka itu adalah pertemuan yang terakhir karena Hayati menghembuskan nafasnya yang terakhir dalam pelukan Zainuddin. Kejadian itu membuat Zainuddin merasakan penyesalan yang berkepanjangan hingga Zainuddin jatuh sakit dan meninggal dunia. Zainuddin dimakamkan di sebelah makam Hayati. Sudut pandang Pada roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka menggunakan sudut pandang orang ketiga tunggal karena menyebutkan dan menceritakan secara langsung karakter pelakunya secara gamblang. Penggalan cerita pada roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka sebagai berikut “Mula-mula datang, sangatlah gembira hati Zainuddin telah sampai ke negeri yang selama ini jadi kenang-kenagannya.”1986 26 Tokoh karakter utama yang ada dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka adalah tokoh Zainuddin, yang memiliki sopan santun dan kebaikan pada semua orang. Sedangkan yang lainnya yang menjadi tokoh protagonisnya adalah tokoh Hayati yang menjadi kekasih Zainuddin. Penggalan cerita yang menunjukkan Zainuddin adalah karakter yang baik adalah “Zainuddin seorang yang terdidik lemah lembut, didikan ahli seni, ahli sya’ir, yang lebih suka mengalah untuk kepentingan orang lain”. 1986 27 Karakter pendukung minor karakter, antagonis sosok tokoh antagonis dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka adalah tokoh Aziz, karena tokoh Aziz di sini mempunyai sikap yang kasar dan sering menyakiti istrinya, dan tidak mempunyai tanggung jawab dalam keluarga dan selalu berbuat kejahatan karena sering main judi dan main perempuan. “…..ketika akan meninggalakan rumah itu masih sempat juga Aziz menikamkan kata-kata yang tajam ke sudut hati Hayati…..sial”. 1811986 Sedangkan yang menjadi karakter pelengkap adalah Muluk dan Mak Base karena keduanya adalah sosok yang bijak dan selalu berada di samping tokoh utama untuk memberi nasehat dan sangat setia menemani tokoh utama sampai akhir cerita.TenggelamnyaKapal van der Wijck (The Sinking of the van der Wijck) is an Indonesian serial and later novel by Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka; 1908-1981) published in 1938 com, Pada blog ini dengan judul Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Ganool, kami sudah mempersiapkan link dengan kualitas BluRay, WEB-DL, 1080P, 720P, mp4 com, Through his literary work in the form of a novel, Buya Hamka contributed to advancing the education in Indonesia by contributing to his critical thoughts in the novel entitled “The Singking of Van Der Wijck”. The Researcher wants to carry out this research to find out and analyze what character education is contained in the novel “The Singking of Van Der Wijck”. The research method used in this research is descriptive qualitative method, which aims to describe, summarize, phenomena, and situations of social reality that occur in society. Through this method the researcher tries to observe and understand the object of research with the aim and obtaining the meaning of each words, text, sentence and paragraph. The result of this study indicate that Buya Hamka has succeeded in contributing knowledge intelligently and critically inserted into every word, text, sentence and paragraph contained in the novel “The Singking of Van Der Wijck”. It makes the readers have a devout and pious personality and know the values of character education, especially the educational values of teaching Islamic Religious Education. Abstrak. Melalui karya sastra yang berbentuk novel, Buya Hamka, turut berkontribusi dalam memajukan bidang pendidikan di Indonesia. Dengan turut membantu menyumbangkan pemikiran-pemikiran kritisnya dalam novel yang berjudul “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”. Maka dari itu peneliti ingin mengangkat penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis pendidikan karakter apa saja yang terkandung dalam novel “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif, yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan, fenomena dan situasi realita sosial yang terjadi di masyarakat. Melalui metode ini peneliti berusaha mengamati dan memahami objek penelitian dengan tujuan untuk memperoleh dan mendapatkan makna, arti dari setiap kata, teks, kalimat dan paragraf. Hasil penelitian ini menunjukan bahwasannya, Buya Hamka berhasil memberikan sumbangsih ilmu-ilmu pengetahuan yang dengan cerdas dan kritis disisipkan kedalam setiap kata, teks, kalimat dan paragraf yang terdapat dalam novel “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”. Sehingga menjadikan pembacanya memiliki pribadi yang taat dan bertakwa serta mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter terutama nilai-nilai pendidikan pada ajaran agama Islam. To read the full-text of this research, you can request a copy directly from the has not been able to resolve any citations for this AlifuddinAlhamuddin AlhamuddinNurjannah NurjannahThis article provided an anlytical description of the Muhammadiyah philanthropic movement to the Bajo community in Wakatobi. There were three important points hacked in this study, namely 1. Why did Muhammadiyah choose the domain of education for its philatropical movement in the Bajo community? 2. what was the pattern of Muhammadiyah's educational philanthropic movement in the Bajo community? 3. what was the Bajo community's response to the Muhammadiyah-based pure Islamic education philanthropy movement? Data collection was done through in-depth interviews, observation and documentation. Analyzing data used hermeneutic phenomenology approach. The results showed that the choice of moving in the realm of education by the local Muhammadiyah community was due to the essence of the education movement as a fulcrum for determining the quality of human resources, on the other hand expensive quality education services made most Bajo children to choose to go to sea rather than go to school. The choice of educational philanthrophy by Muhammadiyah was also due to the psycho-social reality of local children who were suspected of "experiencing" an inferiority complex when they interacted with the mainland children's community. The philanthropic movement pattern implemented by the local Muhammadiyah community was based on the philanthropic social movement, namely to form awareness of the local community about the urgency of education for future life continuity by relying on a belief system or religious basis. The smart work of the Muhammadiyah community combined with the positive action approach made the pure Islamic idea could be transformed into the Bajo cultural space through education and teaching in a natural humanistic manner, without causing controversy. Keywords Educational Philanthrophy, Bajo Community, Educational Philanthrophy Movement Alhamuddin AlhamuddinThis study aims to examine how to instruction design to optimize the potential of learners. The result of study showed that the design instruction to optimize the learners needs to do several steps, namely 1 multiple intelligences research; 2 mapping class based on learning style. Furthermore, teachers prepare learning design based on both aspects. Teacher consultation with the supervisor in preparing instructional design based on multiple intelligences, in consultation teacher discusses basic competencies to be taught and strategies in accordance with the tendency of learners in the classroom. The next phase is the observation supervisor in the classroom and the last step is the confirmation. Based on the results of this study, the researchers recommend to teachers to always pay attention and develop the potential that exists within the self-learners early on. Intelligence is not just limited to the intelligence of mathematical logic and language, but also kinesthetic, music, interpersonal, intrapersonal, spatial, and naturalistic intelligence. Pendahuluan Pendidikan dasar merupakan cikal bakal pendidikan yang akan banyak menentukan kualitas pendidikan pada jenjang berikutnya. Keberhasilan menangani masalah pendidikan dasar merupakan langkah strategis untuk membenahi sistem pendidikan pada level selanjutnya dan pada giliranya akan menyentuh sistem pendidikan nasional. Mengingat perannya yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumberdaya manusia, maka upaya peningkatan kualitas pembelajaran pada tingkat pendidikan dasar, memerlukan perhatian yang serius. Dekade 1980an, Gardner merumuskan konsep kecerdasan dari hanya terbatas pada yang cerdas logika matematika dan bahasa menjadi musik, kinestetis, intrapersonal, interpersonal, spasial, dan naturalistik. Adanya pengakuan dan penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan individu, tentu akan membawa konsekuensi lebih lanjut, yaitu bahwa pendidikan harus memperhatikan perbedaan-perbedaan dan mengembangkan sejauh mungkin apa yang dimiliki anak itu. Dengan Alhamuddin AlhamuddinThis study aims to describe the curriculum development at elementary school in Russian and Indonesia. This study shows that there are many differences between both countries. Curriculum structure of the basic education in the Russian State has more hours per week than Indonesia's does, but in a year of study time in Russia is shorter than in Indonesia is. Assessment System in Russia learning outcomes serve as the basis of the information to determine the competence of which has been obtained by the learners, not as a measure for grouping students into groups. It is not much different in Indonesia. Pendahuluan Secara umum, hakekat pendidikan diartikan sebagai upaya mengembangkan kualitas pribadi manusia dan membangun karakter bangsa yang dilandasi oleh nilai-nilai agama, filsafat, psikologi, sosial budaya, dan iptek yang bermuara pada pembentukan pribadi manusia bermoral dan berakhlak mulia dan berbudi luhur. Pendidikan diartikan juga sebagai upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia SDM yang memiliki idealisme nasional dan keunggulan profesional,serta kompetensi yang dimanfaatkan untuk kepentingan bangsa dan Negara. Setiap bangsa memiliki sistem pendidikan. Dengan sistem pendidikan tersebut, suatu bangsa mampu mewariskan segala pengalaman, pengetahuan, keterampilan dan sikap, agama dan ciri-ciri watak khusus yang dimilikinya dengan cara tertentu kepada generasi penerus, agar nantinya, mereka dapat mewariskannya dengan sebaik-baiknya. Melalui sitem pendidikan itu, suatu bangsa dapat memelihara dan mempertahankan nilai-nilai luhur, serta keunggulan-keunggulan mereka dari generasi ke generasi. Sejalan dengan tumbuhnya ilmu-ilmu sosial pada akhir abad 19 yang dalam perkembangan pesatnya kemudian tertuju perhatiannya pada pengakuan adanya hubungan yang dinamis antara pendidikan dengan masyarakat atau negara tertentu. Pendidikan dipandang sebagai cerminan dari suatu masyarakat atau bangsa, dan sebaliknya suatu masyarakat atau bangsa dibentuk oleh sistem pendidikannya. Alhamuddin Alhamuddinp>This paper is an academic effort to explain some aspects of the concept of Islamic education thought Syaikh Abd al-Samad Palimbani 1714-1782 M. As a descriptive qualitative study, the main data in this study were obtained from a number of his works, especially from kitab Hidayah al-Sālikin . It’s contrast to the others previous scholars’ contemporaries, Hidayah al-Sālikin is unique work of Abd Shamad, especially in his approach. In these works Abd Shamad attempted to explain jurisprudent aspects using Sufism approach. This research analyses some aspects of Abd Shamad’s concept of Islamic education thoughts. According to him, Islamic education aims are to produce a good human being and to achieve happiness by getting close to God. Based on the conducted research, some recommendations for further researcher, it is suggested to investigate this issue more specifically and comprehensively.
Akhlak Akhlak Islam adalah suatu sikap mental dan laku perbuatan yang luhur. Dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka, penulis menemukan berbagai akhlak yang sangat mulia terutama dari sang pemeran utama yakni tokoh Zainuddin. Kebaikan moral Zainuddin bisa kita lihat pada penggalan cerita berikut ini:Latar Belakang Hadirnya suatu karya sastra tentunya agar dinikmati oleh para pembaca. Untuk dapat menikmati sebuah karya secara sungguh-sungguh dan baik diperlukan seperangkat pengetahuan akan karya sastra. Tanpa pengetahuan yang cukup penikmatan akan sebuah karya hanya bersifat dangkal dan sepintas karena kurangnya pemahaman yang tepat. Dalam dunia kesusastraan penyair sering dilukiskan sebagai orang kerasukan yang bicara secara tidak sadar tentang apa saja yang dirasakan dalam tingkatan sub dan supra dan supra-rasional Hardjana, 1981 61. Dalam dunia fiksi kadang ada sesuatu yang tidak dapat diterima oleh akal sehat, karena memang dengan istilah seorang penyair mengejewantahkan imajinasinya untuk diwujudkan dalam karya sastra. Dalam dunia kesusastraan selalu identik dengan penjiwaan baik itu dari tingkat emosi pengarang maupun dari penikmat karya sastra. Hasil karya sastra tertentu merupakan hasil khayalan pengarang yang sedang mengalami keadaan jiwa tertentu Hardjana, 1981 65. Dari sinilah dapat kita simpulkan bahwa karya sastra merupakan sebuah bentukan out put dari proses pemikiran imajinatif pengarang dalam mengapresiasi untuk menjadi sesuatu yang estetik. Disamping itu, pengetahuan akan unsur-unsur yang membentuk karya sastra pun sangat diperlukan untuk memahami karya sastra secara menyeluruh. Tanpa pengetahuan akan unsur-unsur yang membangun karya sastra, pengetahuan kita akan dangkal dan hanya terkaan saja sifatnya, jika pengetahuan dengan cara demikian, maka maksud dan makna yang disampaikan pengarang kemungkinan tidak akan tertangkap oleh pembaca. Unsur-unsur karya sastra tersebut adalah unsur intrinsik dan unsur intrinsik adalah unsur yang ada dalam tubuh karya sastra itu sendiri yang meliputi tema, alur, setting, penokohan, dan sudut pandang. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsurFilmTenggelamnya Kapal Van Der Wijck ini membutuhkan sedikitnya 600 pemain dengan 100 diantaranya harus berperawakan bule karena film ini mengambil set di zaman penjajahan Belanda era 1930-an. Proses pembuatan film ini memakan waktu hampir 5 tahun karena memang ada riset untuk melengkapi itu semua. Proses syuting dilakukan di beberapa kota BAB I PENDAHULUAN Perkembangan budaya tidak dapat dipungkiri ikut mempengaruhi penulisan karya sastra di Indonesia. Masyarakat Indonesia yang dahulu sangat patuh akan tradisi kini sudah mulai terbuka akan hal-hal baru. Hal ini ditandai dengan banyaknya karya sastra yang menceritakan gaya hidup modern, bahkan tak sedikit karya sastra bahasa asing yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Maraknya karya sastra yang menceritakan gaya hidup kebarat-baratan, berseting di luar negeri, atau merupakan terjemahan dari karya sastra luar negeri lama kelamaan dapat mel rasa cinta dan pengetahuan bangsa Indonesia akan budayanya sendiri. Karya-karya sastra Indonesia pada zaman dulu sebenarnya merupakan karya yang sangat indah dan mengandung nilai-nilai budaya dan kehidupan yang bisa kita pelajari. Salah satunya adalah Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka. Novel ini merupakan novel terbitan tahun 1939 yang kisahnya tak lekang dimakan zaman. Dalam tulisan ini mencakup identitas novel, unsur intrinsik, unsur ekstrinsik, serta kelemahan dan kelebihan dari novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah Memenuhi penugasan yang diberikan dalam pelajaran Bahasa Indonesia Melaporkan tanggapan dan analisis terhadap karya sastra. Memberikan Informasi seputar Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck pada pembaca. Sedangkan manfaat laporan ini diantaranya Meningkatkan rasa cinta terhadap karya sastra lama Memperkenalkan kembali karya sastra lama agar tak mudah dilupakan Mengetahui kehidupan dan budaya bangsa Indonesia pada zaman dulu. BAB II Isi Judul Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Penulis Haji Abdul Malik Karim Amrullah HAMKA Penerbit Balai Pustaka Genre Romance Tahun terbit Jakarta, 1939 Jumlah halaman 236 Halaman ISBN 979-418-055-6 Zainuddin, seorang pemuda yang tinggal di Makasar pergi berkelana ke kampung halaman ayahnya di Padang . Di sana ia tak diakui sebagai orang Padang karana menurut hukum adat, garis keturunan yang kuat berasal dari pihak ibu, sedangkan ibu Zainuddin adalah orang Makasar. Zainuddin jatuh cinta pada Hayati, seorang gadis desa yang cantik dan berasal dari keluarga yang taat adat. Sayangnya, cinta Zainuddin harus terhalang karena keluarga dan ketua adat tidak setuju Hayati menikah dengan Zainuddin yang dianggap tidak sederajat. Hayati pun menikah dengan kakak dari teman nya yang bernama Azis. Zainuddin yang patah hati merantau ke pulau Jawa dan menjadi seorang penulis yang terkenal di sana. Azis yang ditugaskan bekerja di pulau Jawa pun membawa Hayati dan tinggal di sana. Siapa sangka, ternyata Azis adalah seorang pemuda yang suka mabuk-mabukan, berjudi dan main perempuan, hingga akhirnya ia jatuh bangkrut dan di tolong oleh Zainuddin. Azis pun menitipkan Hayati pada Zainuddin lalu bunuh diri. Namun, Zainuddin yang pernah sakit hati oleh Hayati tak mau menerima Hayati dan memulangkannya ke Padang. Kapal Van der Wijck yang ditumpangi Hayati tenggelam, Hayati pun meninggal setelah dibawa ke rumah sakit. Setelah kepergian Hayati, Zainuddin selalu bersedih dan meninggal dunia menyusul kekasihnya. ü Nilai Moral Nilai moral yang terdapat dalam novel ini adalah pentingnya kebiasaan untuk memaafkan. Hal ini terlihat dari penyesalan Zainuddin setelah Hayati meninggal. Andai Zainuddin memaafkan Hayati dan menerimanya, maka mereka akan hidup bahagia. ü Nilai Sosial Nilai Sosial terlihat dari kebaikan ibu Muluk yang mau menampung dan membantu Zainuddin saat ia terpuruk, juga pada saat Zainuddin membantu Azis dan Hayati yang jatuh bangkrut. ü Nilai adat Istiadat Nilai adat sangat terlihat dari kehidupan penduduk zaman dulu di kota Padang yang sangat patuh pada tradisi. Contoh nya saat Zainuddin ingin menikahi Hayati, para ketua adat tidak menerimanya karena Zainuddin dianggap tidak sesuku dengan mereka. ü Nilai Agama Zainuddin adalah seorang yang taat beribadah, ia bahkan tak suka melihat Hayati yang memakai pakaian terbuka saat bertemu dengannya di Padang Panjang. Nilai-nilai dalam novel Tenggelamnya kapal Van Der Wijck dapat dijadikan sebagai pelajaran dalam menjalani kehidupan. Seperti nilai moral yang mengajarkan kita untuk saling memaafkan, nilai sosial untuk saling membantu, nilai adat agar kita selalu menjadi orang yang memiliki adat istiadat dan nilai agama yang mengajarkan kita untuk senantiasa taat kepada Tuhan yang Maha Esa. Novel ini memberi banyak pelajaran dan amanat bagi pembacanya. Diantaranya, jangan menilai segala sesuatu dengan materi karena materi tidak menjanjikan kebahagiaan, seperti saat Hayati menikahi Azis yang berasal dari keluarga kaya, ia tak merasa bahagia karena Azis ternyata seorang pemuda yang tak bertanggung jawab. Di dalam usia 31 tahun 1938, masa darah muda masih cepat aliranya dalam diri, dan khayal serta sentimen masih memenuhi jiwa, di waktu itulah "ilham" "Tenggelamnya Kapal Van der Wijck" ini mulai ku susun dan dimuat berturut-turut dalam majalah yang ku pimpin "Pedoman Masyarakat." Setelah itu dia diterbitkan menjadi buku oleh saudara M. Syarkawi cetakan kedua seorang pemuda yang giat menerbitkan buku-buku yang berharga. Belum berapa lam tersiar, dia pun habis. Banyak pemuda yang berkata "Seakan-akan tuan menceriteraka nasibku sendiri." Ada pula yang berkata "Barangkali tuan sendiri yang tuan ceriterakan!" Sesungguhnya bagi seorang golongan agama, mengarang sebuah buku roman, adalah menyalahi kebiasaan yang umum dan lazim pada waktu itu. Dari kalangan agama pada mulanya, saya mendapat tantangan keras. Tetapi setelah 10 tahun berlalu, dengan sendirinya heninglah serangan dan tantangan itu, dan kian lama kian mengertilah orang apa perlunya kesenian dan keindahan dalam hidup manusia. 1. Tema Percintaan dan Persahabatan 2. Penokohan dan Watak Zainuddin Baik Hati, Tulus, Taat beribadah, sedikit pendendam. Hayati cantik, Lemah lembut, Mudah dipengaruhi. Azis Kasar, tidak bertanggung jawab, mudah putus asa. Muluk Baik hati, setia kawan, humoris. Mak Base Keibuan, Baik hati, Penyayang, tanpa pamrih. Khadijah Modern, centil, suka mempengaruhi. Mamak Datuk Tegas, berkuasa, taat pada tradisi. Mande Jamillah Baik hati, sollehah, suka menolong. Pendekar Sutan Baik hati, bertanggung jawab. 3. Latar Tempat Makasar, Padang Panjang, rumah Khadijah, Pacuan kuda, Di atas kapal, Area pesawahan, pasar, Jawa, rumah Khadijah, rumah sakit. Waktu pagi, siang hari, Subuh, sore, Malam. Suasana Bahagia, Sedih, tegang, romantis. 4. Alur/plot Alur yang di gunakan dalam novel ini adalah alur campuran antara alur maju da alur mundur. Alur Maju menceritakan kisah hidup Zainuddin dan kisah cintanya pada Hayati hingga ia meninggal, sedangkan alur mundur terlihat saat Zainuddin menceritakan kisah ayahnya saat masih tinggal di Kota Padang. 5. Sudut pandang Sudut pandang menggunakan sudut pandang orang ketiga seba tahu. Penulis menceritakan setiap tokohnya dari luar cerita dan mengetahui situasi dan kondisi serta detai setiap bagian. 6. Amanat Jangan mudah berputus asa jika mengalami kesulitan dalam hidup. Tokoh Zainuddin yang awalnya hampir gila karena ditinggal Hayati akhirnya menjadi seorang penulis yang sukses karena mampu bangkit dari keterpurukan. Lalu saling tolong menolong sesama manusia, contohnya kebaikan Muluk dan Ibunya yang mau membantu Zainuddin saat ia terpuruk. 7. Gaya bahasa Bahasa yang digunakan dalam novel ini adalah gaya bahasa Indonesia zaman dulu dan masih kental dengan bahasa melayu, terdapat banyak perumpamaan dan majas serta syair yang menjadi ciri khas sastra melayu. Prof. DR. H. Abdul Malik Karim Amrullah, pemilik nama pena Hamka lahir di Nagari Sungai Batang, Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, 17 Februari 1908 – meninggal di Jakarta, 24 Juli 1981 pada umur 73 tahun adalah seorang ulama dan sastrawan Indonesia. Ia melewatkan waktunya sebagai wartawan, penulis, dan pengajar. Ia terjun dalam politik melalui Masyumi sampai partai tersebut dibubarkan, menjabat Ketua Majelis Ulama Indonesia MUI pertama, dan aktif dalam Muhammadiyah sampai akhir hayatnya. Meskipun Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck diterbitkan tahun 1939, tapi situasi yang diceritakan masih relevan dengan zaman sekarang. Contohnya Zainuddin yang ditinggal menikah oleh kekasih hatinya, kisah seperti ini bisa kita temukan di kehidupan nyata. Lalu kisah Zainuddin yang menjadi sukses setelah bangkit dari keterpurukan juga banyak kita temui dari kisah tokon-tokoh terkenal pada zaman sekarang. Namun kondisi masyarakat dalam novel ini cukup berbeda dengan kondisi masyarakat zaman sekarang. Kondisi masyarakat yang diceritkan dalam novel ini masih sangat taat akan tradisi sedangkan masyarakat zaman sekarang sudah lebih modern dan lebih terbuka pada hal-hal baru. a Kalimat Simpleks Matahari telah hampir masuk ke dalam peraduannya. Di waktu senja demikian kota Mengkasar kelihatan hidup. Dia dinamai ayahnya Zainuddin. Darah muda masih mengalir dalam badannya. Dari pembuangan Cilacap dia dibawa orang ke tanah Bugis. b Kalimat Kompleks Orang serumah itu ribut, pekik yang perempuan lebih-lebih lagi. Ketika Landraad bersidang di Padang Panjang, Pendekar Sutan mengaku terus terang atas kesalahannya, dia dibuang 15 tahun. Setelah dipotong 3 tahun, habislah hukuman dijalankannya seketika dia berada di Mengkasar. Kalau dia mau tentu dia akan dikirim ke Minangkabau, tanah tumpah darahnya. Meskipun hatinya amat ingin dan telah teragak hendak pulang, ditahannya, dilulurnya air matanya, biarlah negeri Padang "dihitamkan" buat selama-lamanya. c Kata Penghubung Kata penghubung/konjungsi yang terdapat dalam novel ini diantaranya Dan Ayahnya berkata, jika Mengkasar ada Gunung Lompo Batang dan Bawa Kara... Tetapi Ia tak tahu benar apakah isi lagu itu, tetapi rayuannya sangat melekat dalam hatinya. Sejak Sejak kecilnya telah dirundung oleh kemalangan'... Untuk mengetahui siapa dia... Ketika Ketika Landraad bersidang di Padang Panjang, Pandekar Sutan mengaku terus terang atas kesalahannya, dia dibuang 15 tahun d Kata Rujukan Sang Hilang kebesaran Sang Surya, maka dari balik puncak Lompo Batang yang antara ada dengan tidak itu terbitlah bulan 15 hari menerangi seluruh alam. Beliau Ia teringat pesan ayahnya tatkala beliau akan menutup mata, ia teringat itu, meskipun dia masih lupa-lupa ingat. Si "Pertama membaca Al-Qur-an tengah malam, kedua membuaikan si Udin dengan nyanyian negeri sendiri, negeri Padang yang ku cinta. Kekurangan Penggunaan bahasa yang masih kental dengan bahasa melayu sehingga tidak mudah dipahami. Banyak terdapat kata-kata yang tidak dimengerti. Akhir yang tragis dan tidak bahagia. Ada beberapa tokoh yang tidak diceritakan akhirnya. Latar waktu yang tidak terlalu jelas Kelebihan Sangat kental akan budaya yang mungkin hampir dilupakan. Menceritakan kisah yang masih segar di zamannya. Berisi motivasi untuk bangkir dari keterpurukan. Kisah yang sangat menarik dan mendidik. Mengandung banyak pembelajaran. BAB III Penutup Novel Tenggelamnya kapal Van Der Wijck merupakan novel karya sastrawan Indonesia pada zaman dulu yang kisahnya tak lekang dimakan waktu. Novel ini diterbitkan pada tahun 1939 dan Di tulis oleh seorang tokoh agama sehingga Banyak amanat dan pelajaran yang dapat dipetik dari novel ini. Walaupun merupakan novel terbitan zaman dulu, namun situasi dan ceritanya masih relevan dengan zaman sekarang. Kisahnya yang romantis, sedih, sekaligus menyentuh dapat membuat pembaca terhibur dan terbawa perasaan. Penulis menyarankan agar kita sebagai bangsa Indonesia lebih mencintai dan merasa bangga akan budaya Indonesia, terutama karya sastra. Jangan lupakan karya-karya satra lama karena sejatinya karya sastra klasik mengandung nilai-nilai luhur yang bisa kita pelajari dan kita terapkan bahkan hingga zaman sekarang. Membaca karya terjemahan memang perlu sebagai bekal untuk menambah pengetahuan, tapi jangan sampai kita enggan bahkan melupakan karya anak bangsa kita sendiri, Bangsa Indonesia.
Nun agak di tengah, di tepi pagaran anggar kelihatan puncak dari sebuah kapal yang telah berpuluh tahun ditenggelamkan di sana. Dia seakan-akan penjaga yang teguh, seakan-akan stasiun dari setan dan hantu-hantu penghuni pulau Laya-laya yang penuh dengan kegaiban itu. Kutipan Novel "Tenggelamnya Kapal van der Wijck" karya Hamka di atas
Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka merupakan salah satu novel terkenal yang pernah ada di Indonesia. Novel ini menceritakan kisah tentang persahabatan dua orang sahabat, konflik multigenerasi, dan kesetiaan seorang wanita. Novel ini diangkat menjadi sebuah film pada tahun 2013 dan masih menjadi salah satu film klasik terbaik yang pernah dibuat di Indonesia. Meskipun novel ini telah lama diterbitkan, namun masih banyak orang yang ingin mempelajari karya sastra ini. Oleh karena itu, pada artikel kali ini kita akan mencoba untuk menganalisis unsur-unsur ekstrinsik yang ada di dalam novel PenulisNovel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ditulis oleh Hamka atau lebih dikenal dengan nama aslinya, Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Hamka adalah seorang tokoh agama dan sastrawan terkenal di Indonesia. Ia lahir di Minangkabau pada tahun 1908 dan meninggal pada tahun 1981. Selama hidupnya, Hamka telah menulis banyak sekali karya sastra baik dalam bentuk prosa maupun puisi. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang diterbitkan pada tahun Novel Tenggelamnya Kapal Van Der WijckNovel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck bercerita tentang persahabatan yang dijalin antara dua orang sahabat, yakni Syarief dan Harun. Syarief adalah seorang anak yang berasal dari keluarga kaya dan Harun adalah seorang anak yatim piatu yang tinggal bersama orang tuanya. Meskipun berbeda latar belakang, namun kedua sahabat ini saling menyayangi dan menghormati satu sama lain. Selain itu, novel ini juga menceritakan konflik antara generasi tua dan generasi muda yang menjadi salah satu tema utamanya. Novel ini juga mengisahkan tentang kesetiaan seorang wanita bernama Intan kepada sang kekasih, Ekstrinsik Novel Tenggelamnya Kapal Van Der WijckNovel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck memiliki beberapa unsur ekstrinsik yang dapat kita temukan di dalamnya. Berikut adalah beberapa unsur ekstrinsik yang dapat kita temukan di dalam novel ini1. TemaNovel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck memiliki tema utama, yaitu persahabatan, konflik multigenerasi dan kesetiaan. Tema ini diangkat melalui kisah dua sahabat yang berbeda latar belakang dan kisah cinta antara Intan dan Harun yang mengalami konflik akibat generasi yang berbeda. Kesetiaan yang diperlihatkan Intan terhadap Harun juga menjadi salah satu tema yang disampaikan dalam novel Latar Tempat dan WaktuNovel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck memiliki latar tempat yang berlokasi di Minangkabau dan Sumatera Barat. Latar waktu yang ada di dalam novel ini berlaku pada tahun 1910-an. Hal ini terlihat dari adanya kebiasaan dan budaya yang berlaku di masa itu, seperti adanya hutan rimba yang masih asri dan bebas dari pengaruh TokohNovel ini memiliki beberapa tokoh yang menjadi pemain utamanya, yaitu Syarief, Harun, dan Intan. Masing-masing tokoh ini memiliki ciri khas dan watak yang berbeda-beda. Selain itu, ada juga beberapa tokoh pendukung yang turut andil dalam alur cerita novel Alur CeritaNovel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck memiliki alur cerita yang cukup panjang. Mulai dari persahabatan yang dijalin antara Syarief dan Harun, konflik generasi yang terjadi antara Intan dan Harun, hingga akhir kisah yang ditutup dengan kebahagiaan. Alur cerita yang mengalir dalam novel ini juga memiliki beberapa babak yang menambah kedalaman dan keindahan PenokohanNovel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck memiliki karakter yang cukup kuat. Masing-masing tokoh memiliki ciri khas dan watak yang berbeda-beda. Tokoh utama dalam novel ini seperti Syarief, Harun, dan Intan memiliki watak yang unik dan kuat, sehingga membuat novel ini semakin menarik untuk Gaya BahasaNovel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini merupakan gaya bahasa baku yang umum digunakan saat itu. Selain itu, novel ini juga memiliki beberapa kosakata Minangkabau yang membuat novel ini semakin kental dengan budaya Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck memiliki beberapa unsur ekstrinsik yang membuat novel ini menjadi salah satu novel terkenal di Indonesia. Unsur-unsur ekstrinsik yang dapat ditemukan di dalam novel ini antara lain tema utama, latar tempat dan waktu, tokoh, alur cerita, penokohan dan gaya bahasa. Dengan unsur ekstrinsik yang kuat, maka novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck telah berhasil menjadi salah satu novel terkenal di Indonesia.inisebenarnya diilhami peristiwa “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”. Kapal yang berlayar dari pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, menuju Tanjung Periok, Jakarta, itu tenggelam di Laut Jawa, Timur Laut Semarang, pada 20 oktober 1936. Novel itu berkisah tentang Zainuddin, yang gagal mempersunting Hayati karena perbedaan suku dan strata sosial.Abstrak Seiring dengan menguatnya ideologi nasionalis-sekuler pascakemerdekaan, muncullah konsep nasionalisme berdasarkan sejumlah sumber yang bertolak belakang satu sama lain. Itulah nasionalisme eklektik ala Soekarno yang menerapkan analisis Marxis tentang penindasan imperialisme dan pada saat yang sama, menggunakan sikap permusuhan kaum Muslimin terhadap penjajah kafir. Ia menggelindingkan konsep Nasakom untuk menyimbolkan kesatuan nasionalisme, agama dan komunisme. Dalam konteks ini, penulis melihat permasalahan kompleks ideologi Nasakom sehingga banyak tokoh, ulama dan ilmuwan Muslim yang mengambil jarak dengan tokoh nomor wahid di Indonesia saat itu, seperti Muhammad Natsir, Haji Agus Salim, Muhammad Hatta dan Hamka. Tokoh yang disebut belakangan, yakni Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah Hamka inilah yang menjadi perhatian penulis terkait konsep nasionalisme yang diusungnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konstruksi pemikiran nasionalisme-religius Hamka dalam karya-karya sastranya, seperti Si Sabariah, Di Bawah Lindungan Ka'bah, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan Merantau ke Deli. Data-data yang diperoleh dari novel-novel di atas dianalisis melalui teori hermeneutika, suatu pendekatan ilmiah yang menghubungkan antara pembaca qari dengan teks al-Maqru'. [Along with the strengthening of secular-nationalist ideology post-independence,
.